Kamis, 28 September 2017

Jalur Pendakian di Gunung Merbabu

 dipuncak Sabana 2 (foto fadel)
Taman Nasional Gunung Merbabu terus menggeliat, sekarang kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu terus mengalami  perkembangan dengan mulai bertambahnya lokasi-lokasi baru wisata, baik berupa spot selfi, pendakian, outbond, bumi perkemahan, downhill maupun wisata petualangan.
beberapa wisata di Taman Nasional Gunung Merbabu antara lain :
Wisata pendakian yang resmi:
1. Jalur pendakian Selo
2. Jalur Pendakian wekas
3. Jalur Pendakian Cuntel
4. Jalur Pendakian Tekelan
5. Jalur Pendakian Suwanting
selain jalur pendakian ini sebenarnya ada jalur-jalur lainnya, akan tetapi pihak Balai Taman Nasional Gunung Merbabu selaku pemerintah baru mengakui 5 jalur itu dengan alasan antara lain pelestarian ekosistem, keterwakilan dan minimalisasi dampak kerusakan 

Senin, 23 September 2013

DAFTAR PERSEWAAN ALAT ALAT BASE CAMP SELO PAK PARMAN

PERSEWAAN ALAT-ALAT PENDAKIAN
JALUR PENDAKIAN SELO
BASE CAMP PAK PARMAN

No
Nama Barang
Harga (Rp)
1.
Nasting
10.000
2.
Tas 40 Liter
30.000
3.
Kompor
25.000
4.
Trangia
40.000
5.
Sleeping Bag (SB)
6.000
6.
Tenda
30.000
7.
Matras
3.000




MOUNTAIN WORKER
Blog : petualangmerbabu.blogspot.com.

Cp: Gito +62 87836352260

Senin, 12 Agustus 2013

Ini Loh Primata di Taman Nasional Gunung Merbabu

Terdapat 4 Jenis Primata di Pulau Jawa yang ada di Alam antara lain : Owa Jawa, Monyet Ekor Panjang, Surili, dan Lutung Budeng. Di Gunung Merbabu terdapat 3 jenis Primata yang ada di Pulau Jawa meliputi : Monyet Ekor Panjang, Surili dan Lutung Budeng. Mau tau deskripsi ketiga jenis itu mari kita ikuti deskripsinya sebagai berikut:
1. Monyet Ekor Panjang
2. Surili
3. Lutung Budeng 

to be continued

Base Camp Jalur Pendakian Selo

Jalur Pendakian Selo Taman Nasional Gunung Merbabu merupakan salah satu jalur pendakian dari 4 jalur pendakian di Taman Nasional gunung Merbabu, Jalur ini terletak di Resort Semuncar SPTN Wilayah I Kopeng.
Pada pintu masuk Jalur Pendakian selo terdapat dua base camp yang bisa para pendaki jadikan tempat istirhat mauapun tempat penitipan motor ataupun mobil. Dibasecamp ini para pendaki juga bisa tinggal untuk kegiatan Latsar, Diksar, maupun pelatihan-pelatihan lainnya.

Para pendaki bisa juga memesan makanan maupun minuman di basecamp ini, Teman-teman juga bisa minta dijemput jika pengin mudah kesana, mau dijemput di Terminal Sunggingan Boyolali, Terminal Tirtonadi
Solo, Stasiun Balapan solo maupun stasiun Tugu yogyakarta, bisa juga dibandara Adi Sumarmo di boyolali maupun bandara Adi Sucipto di Yogyakarta

Rabu, 10 Juli 2013

SEJARAH MENDAKI GUNUNG

Sejarah Perkembangan

Kegiatan mendaki gunung telah dilakukan sejak ribuan tahun yang lalu, bahkan menurut kisah Mahabarata. Pandawa Lima yang terdiri dari Sadewa, Nakula, Arjuna, Bhima dan Yudhisthira, beserta istri mereka Draupadi, mendaki gunung Mahameru untuk mencapai puncaknya. 
Dalam sejarah dunia, pendakian gunung tertinggi pertama kalinya terjadi dengan pencapaian puncak Everest oleh Sir Edmund Hillary, pendaki gunung asal New Zealand dan Tenzing Norgey, seorang sherpa[Pemandu atau porter di pegunungan Himalaya berasal dari bangsa Tibet] asal Tibet pada tahun 1953.


 Keinginan manusia untuk mendaki gunung sebelumnya sudah muncul pada abad 19, ketika orang-orang Swiss (The Alps) mulai mendaki gunung-gunung untuk mencapai puncaknya, dan Edward Whymper, seorang berkebangsaan Inggris, adalah orang yang pertama berhasil mencapai puncak gunung Matterhorn pada tahun 1865.


Sejak saat itu, banyak ekspedisi-ekspedisi untuk mencapai puncak-puncak gunung di dunia. Klub pendakian gunung Alpine Club dari Inggris telah melakukan lebih dari 600 ekspedisi semenjak Alpine Club didirikan pada tahun 1857. Tercatat dalam Russian Mountaineering Federation, bahwa telah dilakukan 48 ekspedisi untuk mencapai puncak-puncak Himalaya pada tahun 1994-1998. 
Di Indonesia sendiri tercatat 145.151 orang yang mendaki gunung Gede Pangrango, Jawa Barat pada tahun 1996-2000. Dijelaskan pula dalam Diktat Sekolah Manajemen Ekspedisi Wanadri 2000 bahwa hampir semua perguruan tinggi atau SLTA mempunyai kelompok-kelompok penggiat alam terbuka.



Secara perorangan maupun berkelompok mereka mengembangkan segi petualangan, segi ilmu pengetahuan, segi olahraga, segi rekreasi dan segi wisata. Perkembangan ini dilakukan secara luas baik hanya mencakup satu segi saja ataupun secara berkaitan (misalnya mendaki gunung untuk melakukan petualangan saja, olahraga saja, atau untuk olahraga, rekreasi dan wisata) yang mengembangkan segi ilmu pengetahuan dan segi petualangan.